Asian Rabbit Workshop and Exhibition

Maaf agak telat memberikan laporan, semua ini dikarenakan kesibukan saya yang luar biasa belakangan ini. Kira-kira 2 minggu setelah kepulangan saya dari Singapura, saya mendapat telpon dari Ketua 1 Aspek (Himakindo cabang Batu). Inti dari telpon tersebut adalah bahwa saya harus berangkat menemaninya ke Bogor. Sebagai Sekretaris 1 Aspek dan juga Ahli Genetika untuk kandang pembibitan Aspek, acara ini tentu sangat penting untuk saya hadiri. Maka kami bertiga (saya, ketua 1 Aspek, & sekretaris 2 Aspek) akhirnya berangkat menuju Bogor.

pembukaan asian rabbit workshop and exhibitionPembukaan Acara

Asian Rabbit Workshop and Exhibition adalah sebuah rangkaian acara hasil kerjasama antara Balitnak-Bogor, Dirjen Budidaya Ternak Non-Ruminansia-Jakarta, Dinas Pertanian Kota Bogor, Dinas Peternakan&Perikanan Kab. Bogor, Himakindo, ARPA, serta Hotel Salak Bogor. Acara yang mengangkat tema "Industrializing Small Scale Rabbit Farming atau Industrialisasi Usaha Kelinci Skala Kecil" ini berlangsung dari tanggal 31 Juli 2010 - 4 Agustus 2010. Menurut saya pribadi, seluruh kegiatan dalam acara ini sangatlah penting. Khususnya bagi orang-orang yang memang mempunyai keinginan untuk memajukan dunia perkelincian di Indonesia. Kegiatan yang dilakukan antara lain;
  • Pelatihan Breeding (Sertifikasi Pembibit) -> Sangat penting, karena selama ini banyak sekali peternak-peternak kelinci, khususnya peternak pemula dan peternak tradisional yang mengaku-ngaku sebagai pembibit, padahal secara ilmu masih sangat dangkal, bahkan pengertian dari "bibit" itu sendiri mereka tidak paham.
  • Pelatihan Penjurian (Sertifikasi Juri) -> Sangat penting juga, dengan maraknya kontes-kontes kelinci di berbagai daerah saat ini. Kenyataanya, sering sekali juri-juri yang dipakai bahkan tidak paham dengan jenis-jenis kelinci, apalagi bisa menilai dengan benar. Untuk ini setidaknya Jawa Timur telah mempunyai 2 orang juri bersertifikat (dari Aspek- Himakindo Cab. Batu).
  • Presentasi dari perwakilan Qingdao Kangda Foodstuffs Co.Ltd (Perusahaan terbesar di Cina/mungkin juga dunia) untuk bibit unggul kelincinya yang diberi nama "Hyla"-> dgn jumlah produksi 30 juta ekor/tahun.
  • Pelatihan Breeding Umum -> Berisi penjabaran tentang reproduksi, penyakit, management, pengolahan produk/pasca panen. Sangat mungkin untuk diajarkan kepada peternak-peternak pemula/peternak tradisional.
  • Seminar Nasional -> Presentasi dari Prof. Qin Ying He (Asian Rabbit Production Association).
  • Diskusi -> riset, tindak lanjut, dll.
Berikut Beberapa Foto Yang Sempat Saya Abadikan

Presentasi dari Kangda (Cina)
Pak Yono sedang menjadi penterjemah dadakan(he..he..he..)
Sebagian peserta acara

6 komentar

=> Pelatihan Breeding (Sertifikasi Pembibit) : Sangat penting, karena selama ini banyak sekali peternak2 kelinci, khususnya peternak pemula dan peternak tradisional yang mengaku-ngaku sebagai pembibit, padahal secara ilmu masih sangat dangkal, bahkan pengertian dari "bibit" itu sendiri mereka tidak paham.

=> => > > > tolong di garis bawahi bos karena semua tu sangat komplek!!! "mengaku-ngaku", "dangkal", "tidak paham"... kepandaian seseorang tu ada pada tempatnya(pribadi mereka masing2)

Untuk mas/mbak tanpa nama.
Mari kita berdiskusi dengan baik. Pada kenyataanya, saya sering menemukan peternak2 yang "mengaku-ngaku" seperti itu. Jika anda rajin membaca artikel2 ttng kelinci di koran2, tentu anda akan tersenyum sendiri, betapa banyak salah sebut/penamaan pada artikel2 itu. Bahkan saya pernah membaca tulisan pada sebuah artikel yang membuat saya tertawa sekaligus miris, saya kenal betul dengan narasumber (krn beliau pernah datang beberapa kali ke tempat saya utk berdiskusi/bertanya ttng kelinci). Sebagian besar yg disampaikannya pada wartawan masih keliru (bukan salah). Namun saya juga sangat salut dengan semangat yang beliau miliki. Tapi apakah semangat saja cukup utk memajukan dunia perkelincian disini? Maksud tulisan saya bukan utk menyinggung pihak2 tertentu (maaf jika anda tersinggung), tetapi saya hanya mencoba memberikan pengertian yang BENAR. Saya yakin para master2 kelinci di Indonesia maupun Dunia akan sependapat dengan saya. Sayapun masih belajar, dan ilmu saya masih sangat dangkal, tapi setidaknya saya melalui jalur yang benar. Inilah yang ingin saya tularkan kepada pembaca dan kawan2 Tabos Rabbit. Jika jawaban saya dirasa masih kurang memuaskan, saya bersedia diajak berdiskusi lebih lanjut.

Salam

kayaknya yang timbul sekarang ini adalah persaingan antara pemilik modal yang terus menggembar-gemborkan tentang kemurnian keturunan dan para peternak rakyat yang cenderung menjadikan dunia perkelincian sebagai pemasukan utama dalam hidupnya. Pemilik modal yang menggembar-gemborkan kemurnian keturunan selalu menyatakan keaslian keturunan menjadi penting, lalu istilah pure breed terus digaungkan, kelinci impor menjadi primadona seolah dengan impor menjadikan dunia perkelincian di indonesia akan semakin berwarna. Memang demikian, tapi kita juga jangan menafikan ada puluhan atau mungkin ratusan peternak kecil yang menggantungkan hidup (artinya bener2 hidup dari kelinci, bukan sebagai sampingan apalagi hobi yang menghasilkan duit) yang akan terpuruk begitu dalam, karena pertanyaan keaslian darah yang kurang tepat ditujukan kepada mereka. Kenapa kurang tepat, ya karena memang jika kelinci hias yang ingin mereka hasilkan dan itu untuk pet atau hewan peliharaan, maka pertanyaan atau penjelasan tentang garis keturunan menjadi tidak penting.
Lain lagi jika pertanyaan itu dimunculkan kepada mereka yang mengaku breeder. Mereka yang mengaku pemulia kelinci memang harus membuktikan keaslian garis keturunan kelinci mereka. Dan kelinci ini memang dimaksudkan untuk penghasil kelinci2 berkualitas nantinya.
Yang lebih miris lagi karena ramainya impor kelinci saat ini, mereka yang berhasil mengimpor akhirnya mengaku-aku sebagai breeder setelah berhasil mengembangbiakan kelici impor itu. Akhirnya terlihat status breeder cukup mudah didapat, punya uang, beli impor, kawinkan, nunggu beranak... abrakadabra, jadilah seorang breeder. Padahal menurut wikipedia, A breeder is a person who practices the vocation of mating carefully selected specimens of the same breed to reproduce specific, consistently replicable qualities and characteristics. Artinya ada tujuan untuk menghasilkan sebuah spesimen tertentu dengan kualitas tertentu. sebuah jabatan yang tentu tidak semua orang bisa mendapatkannya, apalagi kalau cuma sekedar mampu mengimpor.
Kadang timbul pertanyaan, bagaimanakah menjadi breeder yang baik, apakah memiliki dua indukan purebreed bisa dikatakan breeder. Apakah dengan 10, 100, atau 1000 kita menjadi breeder. Apakah mengawinkan satu jenis, misalnya holand lop pure breed berwarna abu-abu dengan hitam purebreed, bisa dikatakan sebagai ras darah murni keturunannya, padahal warna juga menjadi alasan khusus dalam pemuliaan. Karena dalam banyak kasus, saya menemukan pengimpor kelinci yang menggembar-gemborkan kemurnian rasnya, tapi mengawin kelinci sejenis purebreed dengan warna yang beda.
Yang paling baik bagi saya, hilangkanlah dikotomi peternak rakyat dan pemodal ternak. Karena kita juga harus menyadari ada lebih banyak peternak rakyat daripada pemodal. Dan yang lebih baik menurut saya janganlah memandang mereka dengan rendah. Mereka memiliki kelemahan dan juga kelebihan. Sebagian dari mereka bahkan mampu menghasilkan kelinci pedaging dengan berat 4 bulan lebih dari 4kg, padahal jelas turunannya bukan flamish giant darah murni.
jika melihat pengertian breeder dari wikipedia itu (dan kita mengakui wikipedia sebagi kamus yang tepat dan benar) maka jika kita baru berkecimpung di dunia kelinci 2 atau 5 tahun, belumlah layak disebut breeder, apalagi kalau kita belum mampu memurnikan dengan benar-benar murni. atau mungkin saya yang salah mengambil pengertian breeder, karena breeder di salah satu kamus online juga diartikan secara sederhana sebagai peternak. Kalau begitu, kita semua adalah breeder, yang membedakan, satu mampu mengimpor dari luar negeri, satunya lagi yah cukuplah produk lokal... :)
mohon maaf jika ada yang tidak berkenan, kebetulan saya juga bukan peternak, bukan breeder, dan hanya mencoba memelihara beberapa kelinci.
tapi informasi di atas cukup menarik,,, semoga ke depan kelinci-kelinci darah murni itu bisa disebarluaskan dengan harga lebih rasional di kalangan peternak kelinci rakyat, sehingga tidak lagi timbul tuduhan mengaku-aku, pemahaman ilmu yang dangkal dan sebagainya...
regards
budiprasetyo
prassmania@yahoo.com

@Budiprasetyo: Saya sependapat dengan sebagian besar tulisan anda. Pengimpor kelinci memang tidak otomatis bisa mengaku sebagai breeder, masih banyak aspek yang perlu dilihat, antara lain goldnya, pencatatannya (sistem perkawinan, jalur perkawinan, dll), keunggulan produknya, sistem pemeliharaan, dll.
Peternak tradisional memang tidak harus dipandang rendah, justru mereka2 ini harus dibina dgn benar, agar tujuan "Memakmurkan masyarakat melalui ternak kelinci" bisa segera terwujud. Masyarakat yg dimaksud disini adalah masyarakat pedesaan (peternak tradisional). Saya juga sependapat jika pada peternak tradisional ada juga yg menghasilkan bibit2 unggul (setidaknya secara kasat mata), bahkan dalam kandang pembibitan ASPEK (utk divisi pedaging) 100% parent stok (betina) adalah dari kelinci2 lokal silangan "unggul".
Terakhir utk "tuduhan mengaku-aku, pemahaman ilmu yang dangkal dan sebagainya...", itu bukan tuduhan mas. Saya sama sekali tidak bermaksud menuduh siapapun, mungkin lebih tepatnya itu adalah sindiran terbuka/sentilan. Apa yang saya tulis itu adalah kenyataan yang saya alami, dan menurut saya itu tdk baik, maka saya berkewajiban utk meluruskannya. Hal ini semata-mata hanya krn saya sangat menginginkan dunia perkelincian bisa benar2 maju di Indonesia. Dan blog ini juga saya maksudkan sebagai sarana pembelajaran/diskusi bagi para pemula dalam dunia perkelincian, dengan memberikan pengertian2 yang benar, sehingga kekeliruan2 yang ada tidak tambah memasyarakat dan turun-temurun.

Salam hangat

official site himakindo ada ga ?

@Artanist: sepertinya blom ada tuh.


EmoticonEmoticon