Beberapa bulan yang lalu ada seseorang mengirim sms ke saya, yang isinya menawarkan beberapa ekor indukan kelinci yang dia jual secara borongan. Dia juga menambahkan embel-embel bahwa kelinci-kelinci tersebut adalah F1.
Saya hanya tersenyum dan membalas kalau saya belum tertarik (tentu dengan kalimat yang sopan).
Dan baru-baru ini juga ada beberapa penghobi pemula yang main ke kandang penjualan saya. Mereka mengatakan bahwa daerah mereka sekarang didatangi oleh beberapa penjual yang menawarkan bibit-bibit kelinci yang katanya "F1".
Hal ini tentu mengusik saya. Ternyata... walaupun sekarang kelinci hias sudah dikenal luas di Indonesia, salah kaprah tentang pengertian Fenotip (F) masih saja berkembang. Dan seringkali hal tersebut dipakai oleh para "pedagang nakal" untuk mengatrol harga kelinci yang dijualnya.
Penjelasan Tentang Kemurnian Ras Kelinci
Salah kaprah yang selama ini berkembang:
- F0 adalah kelinci-kelinci yang didatangkan dari luar negeri.
- F1 adalah anakan dari F0.
- F2 adalah anakan dari F1, dst...
Hal itu memang benar jika pengertian dari F adalah filial (keturunan). Namun masalahnya para "pedagang nakal" tidak pernah memakai istilah F3,..., F7, ...dst. Mereka selalu berhenti di F1 dan F2. Dan istilah "F" itu dimaksudkan untuk menunjukkan kemurnian ras, bukan untuk menunjukkan keturunan.
Pengertian yang benar:
- F0, adalah kelinci yang masih mempunyai darah murni (pure breed).
Contoh:
Anda mempunyai sepasang indukan rex dengan kualitas bagus. Ketika anda mengawinkan kelinci tersebut, ternyata ada diantara anak-anak kelinci tersebut yang mempunyai bulu seperti kelinci biasa atau bulunya rex namun tidak merata di seluruh tubuhnya. Dengan kata lain, kualitas bulu anak-anaknya tidak sebagus induknya. Maka ini bisa menjadi indikasi jika indukan rex yang anda miliki bukanlah pure breed (bukan F0).
Anda mempunyai sepasang indukan rex dengan kualitas bagus. Ketika anda mengawinkan kelinci tersebut, ternyata ada diantara anak-anak kelinci tersebut yang mempunyai bulu seperti kelinci biasa atau bulunya rex namun tidak merata di seluruh tubuhnya. Dengan kata lain, kualitas bulu anak-anaknya tidak sebagus induknya. Maka ini bisa menjadi indikasi jika indukan rex yang anda miliki bukanlah pure breed (bukan F0).
- Istilah F1, F2, F3, dst (dalam artian filial atau keturunan) sebenarnya hanya dipakai oleh Breeder-Breeder yang sedang mencoba mengembangkan jenis atau strain baru atau digunakan untuk penelitian. Tujuannya adalah untuk mempermudah penandaan.
Contoh:
Saya mempunyai Holland Lop (HL) yang masih pure breed (F0), saya juga mempunyai Rex yang juga masih pure breed (F0). Ketika saya mengawinkan kedua kelinci tsb...
HL (F0) x Rex (F0) = anakan yang lahir inilah yang disebut dengan F1.
Dengan kata lain, F1 adalah hasil persilangan pertama dari 2 jenis kelinci yang berbeda. Namun perlu diperhatikan bahwa induk yang digunakan harus benar-benar pure breed (F0).
Jadi anda tidak bisa sembarangan menyilangkan kelinci-kelinci anda, karena hasilnya tentu akan jauh dari yang dibayangkan (kalau menurut istilah saya adalah "silangan hancur").
Saya mempunyai Holland Lop (HL) yang masih pure breed (F0), saya juga mempunyai Rex yang juga masih pure breed (F0). Ketika saya mengawinkan kedua kelinci tsb...
HL (F0) x Rex (F0) = anakan yang lahir inilah yang disebut dengan F1.
Dengan kata lain, F1 adalah hasil persilangan pertama dari 2 jenis kelinci yang berbeda. Namun perlu diperhatikan bahwa induk yang digunakan harus benar-benar pure breed (F0).
Jadi anda tidak bisa sembarangan menyilangkan kelinci-kelinci anda, karena hasilnya tentu akan jauh dari yang dibayangkan (kalau menurut istilah saya adalah "silangan hancur").
Dan satu lagi yang harus diperhatikan, biasanya kelinci-kelinci F1 tidak pernah dilepas ke pasar (kecuali ke sesama Breeder yang mempunyai tujuan sama). Kenapa? Karena pada umumnya kualitas pada F1 bukanlah kualitas yang diharapkan.
Contoh F1 (Nederland Dwarf x Dutch)
Contoh:
Ketika saya mengawinkan HL x Rex, apa yang anda bayangkan?
Saya akan mendapatkan kelinci berbulu rex dengan telinga yang jatuh seperti HL? Well... tentu sangat menyenangkan jika saya mendapatkan kelinci seperti itu.
Namun bagaimana jika yang saya dapatkan sebaliknya? Anakan yang keluar justru berbulu seperti HL dan telinganya tidak jatuh. Tentu kelinci-kelinci tersebut malah akan terlihat seperti kelinci lokal biasa bukan? Sehingga, "mungkin" bisa jadi kualitas kelinci yang saya harapkan baru akan saya dapatkan pada F5 dan baru bisa saya murnikan pada F12 dimana akan menjadi jenis baru (F0).
Ini adalah sesuatu yang rumit dan membutuhkan proses yang tidak sebentar.
Ketika saya mengawinkan HL x Rex, apa yang anda bayangkan?
Saya akan mendapatkan kelinci berbulu rex dengan telinga yang jatuh seperti HL? Well... tentu sangat menyenangkan jika saya mendapatkan kelinci seperti itu.
Namun bagaimana jika yang saya dapatkan sebaliknya? Anakan yang keluar justru berbulu seperti HL dan telinganya tidak jatuh. Tentu kelinci-kelinci tersebut malah akan terlihat seperti kelinci lokal biasa bukan? Sehingga, "mungkin" bisa jadi kualitas kelinci yang saya harapkan baru akan saya dapatkan pada F5 dan baru bisa saya murnikan pada F12 dimana akan menjadi jenis baru (F0).
Ini adalah sesuatu yang rumit dan membutuhkan proses yang tidak sebentar.
Jadi, jangan lagi mau dibohongi oleh pedagang-pedagang nakal yang memang jumlahnya tidak sedikit! Jangan lagi terpatok dengan istilah-istilah F1, F2, dst. Ketika anda ingin membeli satu jenis kelinci, maka coba anda cari tahu dulu ciri-ciri kelinci atau kriteria standar yang diakui. Baru kemudian anda bisa menilai apakah kelinci yang ingin anda beli itu kualitas bagus atau biasa-biasa saja.
Akhir kata, mudah-mudahan penjelasan saya cukup mudah dipahami dan bisa menambah pengetahuan sahabat-sahabat pecinta kelinci semuanya. Salam kelinci Indonesia!
7 komentar
kalo sy cukup liat pedigree, surat2 lain2nya...
kalo ga ada itu bullshit
@Herlambang : Betul itu mas, namun itu hanya berlaku untuk bibit yang kita impor dari luar negeri.
Nice inpoh mas salam dr peternak nubie :), jadi keinget lg pelajaran biologi SMA dulu hehe.. Namun ada sedikit koreksi.. sepengetahuan saya F diatas singkatan dari Filial (keturunan) bukan Fenotip CMIIW
@Nugraha: Thanks atas koreksinya, namun maksud postingan saya disini memang Fenotip, krn membahas pure breed dan silangan.
Salam Perkelincian Indonesia..
Sya tertarik dgn Posting mas ttg F0,F1,dst
Yang mau Sya tnyakan,apa perkawinan kelinci pure breed yakni sesama F0 walaupun beda jenis seperti contoh di atas yakni F0 HL dan Rex memang boleh disilangkan y?? Lalu hasil silanganya yakni F1 muncul jenis baru,apa benar begitu?
@Pradika: Wah masih jauh klo pada F1-nya sudah kita klaim sbg jenis baru mas. Coba mas baca posting2 saya pada label jenis kelinci(1,2,3), bukankah kelinci2 yang kita kenal skrng ini kebanyakan hasil silangan juga? Namun kelinci2 tsb akhirnya diakui sbg jenis baru krn sudah berhasil dimurnikan (ketika dikawinkan anak yg dihasilkan sudah sama dgn induknya). Jadi pertanyaannya bukan boleh atau tidak boleh kelinci disilangkan. Tapi untuk dasar apa anda menyilangkan kelinci2 tsb? Memunculkan jenis baru, warna baru, atau hanya sekedar iseng coba2 saja? Mudah2an mas Pradika cukup paham dgn jawaban saya. Sukses selalu utk peternakannya di Sby ya mas.
Hallo Mas Hendra,
Salam kenal....membaca tulisan ttg kelinci membuat saya tertarik untuk belajar ternak kelinci. Mohon bantuannya untuk memberi info atas pertanyaan saya sbb :
1. Bagaimana mendapatkan F1 Flemish Giant utk bahan indukan dengan harga efesien
2. Apakah cocok diternakkan di daerah jakarta
salam
hadi
kirana.farm@yahoo.com
EmoticonEmoticon